Total Pageviews

Popular Posts

Wednesday, November 24, 2010

DOA KITA TERKABUL

Ada tiga hal bagaimana agar doa kita terkabulkan.

1. Kualitas keimanan yang berdoa. Doa setiap hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan dikabulkan sangat tergantung pada kualitas keimanan atau keyakinan hambanya yang berdoa. Ada seorang Istriyang berdoa ditengah malam senantiasa diiringi dengan tetesan air mata untuk suaminya yang selingkuh bertaubat dan pulang ke rumah. Keesokan harinya suami pulang ke rumah. Allah seperti menggiring suaminya ke jalan yang benar. Kualitas keyakinan istri akan dikabulkannya doa oleh Allah yang membuat doanya mudah dikabulkan.

'Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan.' (QS. Ghafir : 60).

2. Kualitas ketaqwaan yang berdoa. Setiap orang yang akan berdoa hendaknya meningkatkan keimanan dan ketaqwaanNya sehingga jika doa kita  memang karena patut untuk dikabulkan. Saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha yang mengalami kemajuan pesat didalam usahanya bertutur pada saya, kemajuan dibidang usaha berbanding lurus dengan kemajuan dibidang spiritual. Sholatnya ditingkatkan, shodaqohnya ditingkat, maka dengan sendirinya perusahaan meningkat pesat karena doa semua karyawannya.'

'Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya.Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaaq : 3).

3. Amal Kebaikan. Sebelum kita meminta dalam doa. Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan mengabulkan permintaan kita, jika memang kita memang telah pantas menerima nilai yang seharusnya kita terima. Berilah kontribusi lebih besar dari apa yang kita inginkan dalam doa. Amal kebaikan yang telah kita lakukan salah satu faktor penyebab dikabulkan sebuah doa. Lakukanlah amal kebaikan seperti menolong orang yang sedang dalam kesusahan maka Allah akan membantu kita ketika kita dalam kesulitan.

Barang siapa membantu orang yang sedang dalam kesulitan maka Allah akan membantunya di dunia dan di akhirat (H.R. Muslim)

Maka tidaklah mustahil kita adalah orang yang berdoa senantiasa dikabulkan oleh Allah karena memang kecintaan kita kepada Allah dan Allah mencintai kita. Sebagai seorang kekasih apapun yang diminta oleh pujaan hatiNya, apapun yang diminta akan selalu diberi. Bahkan sebelum memintapun sudah diberi. Alangkah indahnya bila hidup ini senantiasa bila hati kita dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

SOLAT SUNAT DHUHA

Tuesday, November 23, 2010

SOLAT SUNAT DHUHA

Solat dhuha adalah sembahyang sunat 2 rakaat atau lebih.  Maksimanya 12 rakaat.
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
Drp Abu Hurairah, Sabda Nabi saw, "Telah berpesan kepadaku temanku (Rasulullah saw) tiga macam pesanan: Puasa 3 hari   setiap bulan,  sembahyang dhuha 2 rakaat dan  sembahyang witir sebelum tidur" (riwayat Bukhari, Muslim dan Thabarani).
 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى
الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِي الْجَنَّةِ
Drp Anas bin Malik, Sabda Nabi SAW ; "Barang siapa sembahyang dhuha 12 rakaat, Allah akan membuat baginya istana daripada emas di syurga" (riwayat Tirmidzi & Ibnu Majah)
 Rasulullah bersabda yang bermaksud,

"Siapa saja yang dapat mengerjakan solat Dhuha dengan istiqamah, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu seluas lautan."
Rasulullah bersabda lagi,

"Solat Dhuha itu mendatangkan rezeki dan menolak kefakiran (kemiskinan), dan tidak ada yang akan memelihara solat Dhuha kecuali hanya orang-orang yang bertaubat."
 Di dalam hadis yang lain pula diterangkan seperti berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:"إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا، يُقَالُ لَهُ: الضُّحَى، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ: أَيْنَ الَّذِينَ كَانُوا يُدِيمُونَ عَلَى صَلاةِ الضُّحَى؟ هَذَا بَابُكُمْ فَادْخُلُوهُ بِرَحْمَةِ اللَّهِ
Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW , beliau bersabda : "Bahawasanya di syurga ada pintu yang dinamakan, "Dhuha." Maka jika kamu datang hari kiamat kelak, serulah (malaikat) penyeru: manakah orang-orang yang telah mengerjakan solat Dhuha? Inilah pintu kamu, silakan masuk ke dalam dengan rahmat Allah." Al-Tabrani
Niat Solat Dhuha
أصَلِّي سُنَّةَ الضُحَى رَكَعَتَيْنِ لِلهِ تَعالىَ

Sahaja aku mengerjakan sembahyang sunat dhuha dua rakaat kerana Allah Ta'ala
Selesai solat, hendaklah baca tasbih ini sebanyak 10 kali

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ  وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيُّ الْعَظِيمِ عَدَدَ خَلَقِ اللَّهِ وَبِدَوَامِ مُلُكِ اللهِ
"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang lain melainkan Allah, Allah yang Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Besar, pujian sebanyak bilangan ciptaan Allah dan selama kekalnya Kekuasaan Allah"

Doa :
اللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ . اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي الْسَمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِيْ الأَرْضِ فأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مَعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِي مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
"Ya Allah sesungguhnya waktu Dhuha, waktu dhuha-Mu, cahayanya cahayaMu, kerinduannya kerinduanMu, kekuatannya kekuatanMu, ya Allah sekiranya rezekiku ada di langit maka turunkannya jika ada di bumi keluarkannya.
Jika cahaya jauh pendekatannya dan jika ada hampir maka permudahkannya dengan kebenaran dhuhaMu, cahayaMu,
kekuatanMu dan kesucianMu, berikanlah kepada hamba-hambaMu yang soleh.
 
 

13 Aurat Wanita

1. Bulu kening - Menurut Bukhari, Rasullulah melaknati perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening - Petikan dari Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari.

2. Kaki memakai gelang berloceng - Dan janganlah mereka (perempuan) menghentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan - Petikan dari S ura h An-Nur Ayat 31. Keterangan : Menampakkan kaki dan menghayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah.

3. Wangian - Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong kapal kata orang sekarang hidong belang - Petikan dari Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.

4. Dada - Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka - Petikan dari S ura h An-Nur Ayat 31.

5. Gigi - Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya - Petikan dari Hadis Riwayat At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah - Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

6. Muka dan leher - Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.

7. Muka dan Tangan - Asma Binte Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja - Petikan dari Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.

8. Tangan - Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya - Petikan dari Hadis Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.

9. Mata - Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya - Petikan dari S ura h An Nur Ayat 31.

Sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram - Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.

10. Mulut (suara) - Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik - Petikan dari S ura h Al Ahzab Ayat 32.

Sabda SAW, Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi - Petikan dari Hadis Riwayat Ibn Majah.

11. Kemaluan - Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka - Petikan dari S ura h An Nur Ayat 31.

Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya - Hadis Riwayat Riwayat Al Bazzar.

Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah - Petikan dari Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.

12. Pakaian - Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti - Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, An Nasaii dan Ibn Majah.

Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 59. Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah diken ali Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya - Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim. Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu.

13. Rambut - Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya - Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

10 Pintu Masuk Syaitan ke Dalam Diri Manusia

Berhati-hatilah terhadap 10 Pintu Masuk Syetan ke Dalam Diri Manusia. Pintu-pintu tersebut tidak bisa terjaga kecuali jika seseorang mengetahui pintu-pintu tadi. Setan tidak bisa terusir dari pintu tersebut kecuali jika seseorang mengetahui cara setan memasukinya. Cara setan untuk masuk dan apa saja pintu-pintu tadi adalah sifat seorang hamba dan jumlahnya amatlah banyak. Pada saat ini kami akan menunjukkan pintu-pintu tersebut yang merupakan pintu terbesar yang setan biasa memasukinya. Semoga Allah memberikan kita pemahaman dalam permasalah ini.
10 Pintu Masuk Syetan ke
 Dalam Diri Manusia
Pintu pertama:
Ini adalah pintu terbesar yang akan dimasuki setan yaitu hasad (dengki) dan tamak. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar. Pintu kedua:
Ini juga adalah pintu terbesar yaitu marah. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah.
Pintu ketiga:
Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.

Pintu keempat:

Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat.

Pintu kelima:

Yaitu tamak pada orang lain. Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.

Pinta keenam:

Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Pintu ketujuh:
Yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.
Pintu kedelapan:
Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.
Pintu kesembilan:
Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.
Pintu kesepuluh:
Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.
Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.

Wednesday, November 17, 2010

SELIMUT PUTIH

Selimut Putih




Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan


Seluruh tubuh akan menggigil
Terbujur badan dan kedinginan


Tak ada lagi gunanya harta
Kawan karib sanak saudara


Jikalau ada amal di dunia
Itulah hanya pembela diri


Janganlah mahu dikenang-kenang
Engkau digelar manusia agung


Sedarlah diri tahu diuntung
Sebelum masa lkerenda diusung


Datang masanya insaflah diri
Selimut putih pembalut badan


Tinggal semua yang dikasihi
Berbaktilah hidup sepanjang zaman

Pengertian Tasawwuf

Ilmu tasauf ialah ilmu yang menyuluh perjalanan seseorang mukmin di dalam membersihkan hati dengan sifat-sifat mahmudah atau sifat-sifat yang mulia dan menghindari atau menjauhkan diri daripada sifat-sifat mazmumah iaitu yang keji dan tercela .
2. Ilmu tasawwuf bertujuan mendidik nafsu dan akal supaya sentiasa berada di dalam landasan dan peraturan hukum syariat Islam yang sebenar sehingga mencapai taraf nafsu mutmainnah .
3. Syarat-syarat untuk mencapai taraf nafsu mutmainah:
a) Banyak bersabar .
b) Banyak menderita yang di alami oleh jiwa .
4. Imam Al-Ghazali r.a. telah menggariskan sepuluh sifat Mahmudah / terpuji di dalam kitab Arbain Fi Usuluddin iaitu :
1) Taubat .
2) Khauf ( Takut )
3) Zuhud
4) Sabar.
5) Syukur.
6) Ikhlas.
7) Tawakkal.
8) Mahabbah ( Kasih Sayang )
9) Redha.
10) Zikrul Maut ( Mengingati Mati )
5. Dan Imam Al-Ghazali juga telah menggariskan sepuluh sifat Mazmumah / tercela / sifat keji di dalam kitab tersebut iaitu :
1) Banyak Makan
2) Banyak bercakap.
3) Marah.
4) Hasad.
5) Bakhil.
6) Cintakan kemegahan.
7) Cintakan dunia .
8) Bangga Diri.
9) Ujub ( Hairan Diri ).
10) Riya' ( Menunjuk-nunjuk ).

Bab 2: Khauf
1. Khauf bererti takut akan Allah s.w.t., iaitu rasa gementar dan rasa gerun akan kekuatan dan kebesaran Allah s.w.t. serta takutkan kemurkaanNya dengan mengerjakan segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya.
2. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud : "Dan kepada Akulah ( Allah ) sahaja hendaklah kamu merasa gerun dan takut bukan kepada sesuatu yang lain".
( Surah Al-Baqarah - Ayat 40 )
3. Seseorang itu tidak akan merasai takut kepada Allah s.w.t. jika tidak mengenalNya. Mengenal Allah s.w.t. ialah dengan mengetahui akan sifat-sifat ketuhanan dan sifat -sifat kesempurnaan bagi zatNya.
4. Seseorang itu juga hendaklah mengetahui segala perkara yang disuruh dan segala perkara yang ditegah oleh agama.
5. Dengan mengenal Allah s.w.t. dan mengetahui segala perintah dan laranganNya, maka seseorang itu akan dapat merasai takut kepada Allah s.w.t.
6. Rasa takut dan gerun kepada Allah s.w.t. akan menghindarkan seseorang itu daripada melakukan perkara yang ditegah oleh Allah s.w.t. dan seterusnya patuh dan tekun mengerjakan perkara yang disuruhnya dengan hati yang khusyuk dan ikhlas.

Bab 3 : Sifat Redha
1) Sifat redha adalah daripada sifat makrifah dan mahabbah kepada Allah s.w.t.
2) Pengertian redha ialah menerima dengan rasa senang dengan apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan ( hukum ) mahupun qada' atau sesuatu ketentuan daripada Allah s.w.t.
3) Redha terhadap Allah s.w.t terbahagi kepada dua :
  • Redha menerima peraturan ( hukum ) Allah s.w.t. yang dibebankan kepada manusia.
  • Redha menerima ketentuan Allah s.w.t. tentang nasib yang mengenai diri.
Redha Menerima hukum Allah s.w.t. :
Redha menerima hukum-hukum Allah s.w.t. adalah merupakan manifestasi daripada kesempurnaan iman, kemuliaan taqwa dan kepatuhan kepada Allah s.w.t. kerana menerima peraturan-peraturan itu dengan segala senang hati dan tidak merasa terpaksa atau dipaksa.
Merasa tunduk dan patuh dengan segala kelapangan dada bahkan dengan gembira dan senang menerima syariat yang digariskan oleh Allah s.w.t. dan Rasulnya adalah memancar dari mahabbah kerana cinta kepada Allah s.w.t. dan inilah tanda keimanan yang murni serta tulus ikhlas kepadaNya.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Tetapi tidak ! Demi Tuhanmu, mereka tidak dipandang beriman hingga mereka menjadikanmu ( Muhammad ) hakim dalam apa yang mereka perselisihkan di antara mereka, kemudian mereka tidak merasa sempit dalam hati mereka tentang apa yang engkau putuskan serta mereka menyerah dengan bersungguh - sungguh ". ( Surah An-Nisaa' : Ayat 65 )
Dan firman Allah s.w.t yang bermaksud :
" Dan alangkah baiknya jika mereka redha dengan apa yang Allah dan Rasulnya berikan kepada mereka sambil mereka berkata : ' Cukuplah Allah bagi kami , Ia dan Rasulnya akan berikan pada kami kurnianya ,Sesungguhnya pada Allah kami menuju ".
( Surah At Taubah : Ayat 59 )

Pada dasarnya segala perintah-perintah Allah s.w.t. baik yang wajib mahupun yang Sunnah ,hendaklah dikerjakan dengan senang hati dan redha. Demikian juga dengan larangan-larangan Allah s.w.t. hendaklah dijauhi dengan lapang dada .
Itulah sifat redha dengan hukum-hukum Allah s.w.t. Redha itu bertentangan dengan sifat dan sikap orang-orang munafik atau kafir yang benci dan sempit dadanya menerima hukum-hukum Allah s.w.t.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Yang demikian itu kerana sesungguhnya mereka ( yang munafik ) berkata kepada orang-orang yang di benci terhadap apa-apa yang diturunkan oleh Allah s.w.t. 'Kami akan tuntut kamu dalam sebahagian urusan kamu ',Tetapi Allah mengetahui rahsia mereka ". ( Surah Muhammad : Ayat 26 )
Andaikata mereka ikut beribadah, bersedekah atau mengerjakan sembahyang maka ibadah itu mereka melakukannya dengan tidak redha dan bersifat pura-pura. Demikianlah gambaran perbandingan antara hati yang penuh redha dan yang tidak redha menerima hukum Allah s.w.t. , yang mana hati yang redha itu adalah buah daripada kemurnian iman dan yang tidak redha itu adalah gejala nifaq.
Redha Dengan Qada' :
Redha dengan qada' iaitu merasa menerima ketentuan nasib yang telah ditentukan Allah s.w.t baik berupa nikmat mahupun berupa musibah ( malapetaka ). Didalam hadis diungkapkan bahawa di antara orang yang pertama memasuki syurga ialah mereka yang suka memuji Allah s.w.t. . iaitu mereka memuji Allah ( bertahmid ) baik dalam keadaan yang susah mahupun di dalam keadaan senang.
Diberitakan Rasulullah s.a.w. apabila memperolehi kegembiraan Baginda berkata :
" Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya menjadi sempurnalah kebaikan ".
Dan apabila kedatangan perkara yang tidak menyenangkan , Baginda mengucapkan :
" Segala puji bagi Allah atas segala perkara ".
Perintah redha menerima ketentuan nasib daripada Allah s.w.t. dijelaskan didalam hadis Baginda yang lain yang bermaksud :

" Dan jika sesuatu kesusahan mengenaimu janganlah engkau berkata : jika aku telah berbuat begini dan begitu, begini dan begitulah jadinya. Melainkan hendakalah kamu katakan : Allah telah mentaqdirkan dan apa yang ia suka , ia perbuat ! " Kerana sesungguhnya perkataan : andaikata... itu memberi peluang pada syaitan " . (Riwayat Muslim)
Sikap redha dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah s.w.t. Ketika mendapat kesenangan atau sesuatu yang tidak menyenangkan bersandar kepada dua pengertian :
Pertama : Bertitik tolak dari pengertian bahawa sesungguhnya Allah s.w.t. memastikan terjadinya hal itu sebagai yang layak bagi Dirinya kerana bagi Dialah sebaik-baik Pencipta. Dialah Yang Maha Bijaksana atas segala sesuatu.
Kedua : Bersandar kepada pengertian bahawa ketentuan dan pilihan Allah s.w.t. itulah yang paling baik , dibandingkan dengan pilihan dan kehendak peribadi yang berkaitan dengan diri sendiri.
Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud :
" Demi Allah yang jiwaku ditangannya !Tidaklah Allah memutuskan sesuatu ketentuan bagi seorang mukmin melainkan mengandungi kebaikan baginya. Dan tiadalah kebaikan itu kecuali bagi mukmin . Jika ia memperolehi kegembiraan dia berterima kasih bererti kebaikan baginya , dan jika ia ditimpa kesulitan dia bersabar bererti kebaikan baginya ".
( Riwayat Muslim )


Bab 4 : Ikhlas

1. Sifat ikhlas ialah menumpukan niat bagi setiap ibadah atau kerja yang dilakukan semata-mata kerana Allah s.w.t. dan diqasadkan ( niat ) untuk menjunjung perintah semata-mata serta membersihkan hati dari dosa riya’ , ujub atau inginkan pujian manusia.
2. Firman Allah s.w.t. di dalam Al-Quran yang bermaksud :
“ Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah s.w.t. dengan mengikhlaskan ibadah kepadanya , lagi tetap teguh di atas tauhid dan supaya mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat dan yang demikian itulah agama yang benar “.
( Surah Al-Bayyinah – Ayat 5 )

3. Setiap pekerjaan yang dilakukan hendaklah dibersihkan daripada sesuatu tujuan yang lain daripada taat kepada perintah Allah s.w.t.
4. Hendaklah dibersihkan niat daripada sebab-sebab yang lain dari sifat-sifat yang keji ( sifat mazmumah ) seperti riya’ , ujub , inginkan kemasyhuran dan lain-lain lagi.
5. Dalam meninggalkan larangan Allah s.w.t. hendaklah diniatkan untuk taat semata-mata bukan kerana malu kepada makhluk atau sebagainya.

( Rujukan Kitab - Mengenal Ilmu Tasawwuf – Mohd Sulaiman bin Hj. Yasin )
Bab 5 : Taubat
1. Iaitu kembali daripada keburukan kepada kebaikan dengan beberapa syarat yang tertentu.
2. Firman Allah S.W.T. yang bermaksud :
” Dan mohonlah ampun kepada Allah , sesungguhnya ia Maha
Pengampun lagi Maha Mengasihani ”.
( Surah Al – Muzammil - Ayat 20 )
3. Syarat-syarat taubat adalah seperti berikut :
  • Meninggalkan maksiat atau perkara dosa tersebut.
  • Menyesal atas maksiat atau dosa yang telah dilakukan.
  • Bercita-cita tidak akan mengulanginya lagi.
  • Mengembalikan hak-hak makhluk yang dizalimi.
  • Mengerjakan perkara-perkara fardhu yang telah luput.
4. Setiap manusia tidak dapat mengelakkan dirinya daripada tersalah dan terlupa, melainkan manusia yang Ma’asum ( terpelihara daripada dosa ) seperti rasul-rasul dan nabi-nabi.
5. Seseorang itu hendaklah bersungguh-sungguh memelihara diri daripada dosa iaitu dengan memelihara seluruh anggota daripada melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh agama.
6. Beberapa faedah dan hikmah taubat iaitu:
  • Menghidupkan jiwa yang resah kerana dosa.
  • Mendekatkan diri kepada Allah S.W.T .
  • Meningkatkan ketaqwaan diri.
  • Membenteras tipu-daya syaitan yang selama ini memerangkap manusia
    dengan berbuat dosa dan maksiat.
  • Memperolehi kemuliaan dan anugerah Allah S.W.T. dalam hidup di dunia
    dan akhirat.
Bab 6 : Zuhud
1. Ertinya meninggalkan dunia melainkan kadar yang patut daripadanya.
2. Zuhud yang sempurna ialah meninggalkan perkara lain selain Allah S.W.T.
3. Dunia ialah tiap-tiap perkara yang tidak dituntut oleh syarak dan ianya sebagai tempat bercucuk-tanam ( berbuat kebaikan dan amalan soleh ) untuk akhirat yang kekal abadi selama-lamanya.
4. Setiap manusia berkehendak kepada beberapa perkara bagi meneruskan hidup yang mana manusia berkehendak kepada makanan , pakaian , tempat tinggal dan lain-lain lagi.
5. Oleh yang demikian, sifat zuhud itu adalah mencari keperluan hidup sekadar yang boleh membantu ia untuk beribadah kepada Allah S.W.T.
( zuhud orang awam ).

Bab 7 : Sabar
  • Iaitu menahan diri daripada keluh kesah pada sesuatu yang tidak disukai.
  • Sifat sabar perlu ketika menghadapi tiga perkara berikut:
1. Menahan diri daripada keluh kesah dan menahan diri daripada mengadu kepada yang lain daripada Allah subhanahu wata‘ala ketika berlaku sesuatu bala atau bencana.
2. Menahan diri dalam mengerjakan segala perintah Allah.
3. Menahan diri dalam meninggalkan segala larangan Allah.
  • Sifat sabar itu dipuji pada syara‘ kerana seseorang yang bersifat sabar menunjukkan ia beriman dengan sempurna kepada Allah, dan menunjukkan ia taat dan menjunjung segala perintah agama.
  • Orang yang beriman kepada Allah mengetahui bahawa segala perkara yang berlaku ke atas drinya adalah kehendak Allah yang tidak dapat dielak lagi. Begitulah juga orang yang taat, tidak akan merasa susah dalam mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan laranganNya.
Bab 8 : Syukur
  • Iaitu mengaku dan memuji Allah atas nikmat yang diberi dan menggunakan segala nikmat itu untuk berbuat taat kepada Allah subhanahu wata‘ala.
  • Tiap-tiap nikmat yang diberi oleh Allah subhanahu wata‘ala kepada makhlukNya adalah dengan limpah kurniaNya semata-mata, seperti nikmat kesihatan, kekayaan, kepandaian dan sebagainya. Oleh yang demikian, bersyukur dan berterima kasih atas nikmat-nikmat tersebut merupakan suatu kewajipan kepada Allah subhanahu wata‘ala.
  • Setiap nikmat juga hendaklah disyukuri kerana orang yang tidak berterima kasih adalah orang yang tidak mengenang budi. Oleh itu, hendaklah digunakan nikmat-nikmat Allah itu untuk menambahkan ibadah kepada Allah dan sangatlah keji dan hina menggunakan nikmat-nikmat itu untuk menderhakai Tuhan yang memberi nikmat.
Bab 9 : Tawakkal
  • Iaitu menetapkan hati dan berserah kepada Allah pada segala perkara yang berlaku serta jazam (putus) pada i`tiqad bahawa Allah subhanahu wata‘ala yang mengadakan dan memerintahkan tiap-tiap sesuatu.
  • Berserah kepada Allah pada segala perkara itu hendaklah disertakan dengan ikhtiar dan usaha kerana Allah menjadikan sesuatu mengikut sebab-sebabnya, seperti dijadikan pandai kerana belajar, dijadikan kaya kerana rajin berusaha atau berjimat cermat dan sebagainya.
Bab 10 : Mahabbah
  • Iaitu kasihkan Allah subhanahu wata‘ala dengan mengingatiNya pada setiap masa dan keadaan.
  • Kasihkan Allah ialah dengan segera melakukan segala perintahNya dan berusaha mendampingkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunat dan bersungguh-sungguh menghindari maksiat serta perkara-perkara yang membawa kemarahanNya.

Bab 11 : Zikrulmawt
  • Iaitu sentiasa mengingati mati dan sentiasa bersedia dengan amalan-amalan yang baik.
  • Oleh kerana seseorang itu akan mati, maka hendaklah ia bersedia dengan amalan-amalan yang baik dan hendaklah ia memenuhkan tiap-tiap saat daripada umurnya itu dengan perkara yang berfaedah bagi akhiratnya kerana tiap-tiap perkara yang telah lalu tidak akan kembali lagi.
SIFAT MAZMUMAH
1. Syarrut ta‘am (banyak makan)
  • Iaitu terlampau banyak makan atau minum ataupun gelojoh ketika makan atau minum.
  • Makan dan minum yang berlebih-lebihan itu menyebabkan seseorang itu malas dan lemah serta membawa kepada banyak tidur. Ini menyebabkan kita lalai daripada menunaikan ibadah dan zikrullah.
  • Makan dan minum yang berlebih-lebihan adalah ditegah walaupun tidak membawa kepada lali daripada menunaikan ibadah kerana termasuk di dalam amalan membazir.
2. Syarrul kalam (banyak bercakap)
  • Iaitu banyak berkata-kata atau banyak bercakap.
  • Banyak berkata-kata itu boleh membawa kepada banyak salah, dan banyak salah itu membawa kepada banyak dosa serta menyebabkan orang yang mendengar itu mudah merasa jemu.
3. Ghadhab (pemarah)
  • Ia bererti sifat pemarah, iaitu marah yang bukan pada menyeru kebaikan atau menegah daripada kejahatan.
  • Sifat pemarah adalah senjata bagi menjaga hak dan kebenaran. Oleh kerana itu, seseorang yang tidak mempunyai sifat pemarah akan dizalimi dan akan dicerobohi hak-haknya.
  • Sifat pemarah yang dicela ialah marah yang bukan pada tempatnya dan tidak dengan sesuatu sebab yang benar.
4. Hasad (dengki)
  • Iaitu menginginkan nikmat yang diperolehi oleh orang lain hilang atau berpindah kepadanya.
  • Seseorang yang bersifat dengki tidak ingin melihat orang lain mendapat nikmat atau tidak ingin melihat orang lain menyerupai atau lebih daripadanya dalam sesuatu perkara yang baik. Orang yang bersifat demikian seolah-olah membangkang kepada Allah subhanahu wata‘ala kerana mengurniakan sesuatu nikmat kepada orang lain.
  • Orang yang berperangai seperti itu juga sentiasa dalam keadaan berdukacita dan iri hati kepada orang lain yang akhirnya menimbulkan fitnah dan hasutan yang membawa kepada bencana dan kerosakan.
5. Bakhil (kedekut)
  • Iaitu menahan haknya daripada dibelanjakan atau digunakan kepada jalan yang dituntut oleh agama.
  • Nikmat yang dikurniakan oleh Allah subhanahu wata‘ala kepada seseorang itu merupakan sebagai alat untuk membantu dirinya dan juga membantu orang lain. Oleh yang demikian, nikmat dan pemberian Allah menjadi sia-sia sekiranya tidak digunakan dan dibelanjakan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata‘ala.
  • Lebih-lebih lagi dalam perkara-perkara yang menyempurnakan agama seperti zakat, mengerjakan haji dan memberi nafkah kepada tanggungan, maka menahan hak atau harta tersebut adalah suatu kesalahan besar di sisi agama.
6. Hubbul jah (kasihkan kemegahan)
  • Iaitu kasihkan kemegahan, kebesaran dan pangkat.
  • Perasaan inginkan kemegahan dan pangkat kebesaran menjadikan perbuatan seseorang itu tidak ikhlas kerana Allah.
  • Akibat daripada sifat tersebut boleh membawa kepada tipu helah sesama manusia dan boleh menyebabkan seseorang itu membelakangkan kebenaran kerana menjaga pangkat dan kebesaran.
7. Hubbud dunya (kasihkan dunia)
  • Ia bermaksud kasihkan dunia, iaitu mencintai perkara-perkara yang berbentuk keduniaan yang tidak membawa sebarang kebajikan di akhirat.
  • Banyak perkara yang diingini oleh manusia yang terdiri daripada kesenangan dan kemewahan. Di antara perkara-perkara tersebut ada perkara-perkara yang tidak dituntut oleh agama dan tidak menjadi kebajikan di akhirat.
  • Oleh yang demikian, kasihkan dunia itu adalah mengutamakan perkara-perkara tersebut sehingga membawa kepada lalai hatinya daripada menunaikan kewajipan-kewajipan kepada Allah.
  • Namun begitu, menjadikan dunia sebagai jalan untuk menuju keredhaan Allah bukanlah suatu kesalahan.
8. Takabbur (sombong)
  • Iaitu membesarkan diri atau berkelakuan sombong dan bongkak.
  • Orang yang takabbur itu memandang dirinya lebih mulia dan lebih tinggi pangkatnya daripada orang lain serta memandang orang lain itu hina dan rendah pangkat.
  • Sifat takabbur ini tiada sebarang faedah malah membawa kepada kebencian Allah dan juga manusia dan kadangkala membawa kepada keluar daripada agama kerana enggan tunduk kepada kebenaran.
9. ‘Ujub (bangga diri)
  • Iaitu merasai atau menyangkakan dirinya lebih sempurna.
  • Orang yang bersifat ‘ujub adalah orang yang timbul di dalam hatinya sangkaan bahawa dia adalah seorang yang lebih sempurna dari segi pelajarannya, amalannya, kekayaannya atau sebagainya dan ia menyangka bahawa orang lain tidak berupaya melakukan sebagaimana yang dia lakukan.
  • Dengan itu, maka timbullah perasaan menghina dan memperkecil-kecilkan orang lain dan lupa bahawa tiap-tiap sesuatu itu ada kelebihannya.
10. Riya’ (menunjuk-nunjuk)
  • Iaitu memperlihatkan dan menunjuk-nunjuk amalan kepada orang lain.
  • Setiap amalan yang dilakukan dengan tujuan menunjuk-nunjuk akan hilanglah keikhlasan dan menyimpang dari tujuan asal untuk beribadah kepada Allah semata-mata.
  • Orang yang riya’ adalah sia-sia segala amalannya kerana niatnya telah menyimpang disebabkan inginkan pujian daripada manusia.